Yessss, akhirnya saya dan keluarga ke Lombok jugaaaa, setelah sekian lama tertunda-tunda. Jadi ceritanya, mumpung adik saya yang paling kecil, Nanda, lagi libur sekolah karena kakak-kakak kelasnya lagi pada UAN, kami sekeluarga memanfaatkannya untuk pergi berwisata ke Lombok.
Dengan menggunakan situs pemesanan tiket online Traveloka, saya dan adik mulai ngeliat-liat harga tiket dari Bandung ke Lombok. Dibandingkan dengan harga tiket ke Bali, tiket ke Lombok kira-kira 50% lebih mahal. Yah, wajar aja kali ya. Selain jaraknya yang lebih jauh, animo wisata ke Lombok juga tentunya masih di bawah animo wisata ke Bali. Harga tiket Citilink PP Bandung-Lombok kurang lebih 1,25 juta rupiah saja, yang udah termasuk airport tax ama bagasi 15 kg. Tapi sialnya, gara-gara sering kita liatin, harganya naik jadi 1,35 juta dan itulah harga tiket yang kita beli. Sialnya lagi, abis kita beli, harganya balik ke normal. Siyaaaaalll...
TIPS 1 : Jangan keseringan ngeliat harga tiket pesawat untuk suatu tujuan pada tanggal tertentu di situs booking tiket online, ntar harganya naik!
Pada tanggal yang dipilih, yaitu 9 April, berangkatlah kami sekeluarga ke Bandara Husein Sastranegara, Bandara kesayangan namun juga sekaligus dibenci. Kok?
Kamu udah pernah belum ke bandara ini? Pertama, jalannya kecil. Pas saya dateng, lagi macet sepanjang beberapa ratus meter, dan ini udah lumrah lho. Tukang-tukang ojek malah udah siap di pinggir-pinggir jalan, menawarkan jasanya. Dan kalo tentengan kamu ga banyak atau jam boarding kamu udah mepet, mendingan kamu naik ojek deh. Karena macetnya bisa satu jam baru nyampe deh ke gerbang itu bandara. Biar lebih cepet, mendingan kamu alihin biaya taksi kamu ke ojek deh. Terus, kenapa bisa macet gitu? Soalnya area sekitar bandara sempit banget. Parkiran ga memadai. Sementara lalu lintas kendaraan yang akan masuk tinggi banget.
Yang kedua, bandaranya tuh keciiiil. Ruang tunggunya juga padet banget, AC ga kerasa dinginnya. Emang sih, bandaranya lagi diperluas di sebelah timur. Tapi seberapa lega bandara nantinya? Lahannya kan cuma segitu-gitunya. Udah gitu, bandaranya masih gabung pula sama bandara militer. Jadi, harap maklum kalo banyak pengumuman penundaan keberangkatan pesawat karena diseling sama kegiatan pesawat militer. Yang terakhir, bandara ini ga puya garbarata. Tau kan garbarata? Itu tuh, belalai yang nyambungin gedung bandara ama pesawat. Ngga, ga ada garbarata. Yang ada kita mesti jalan kaki sampe ke tangga naik ke pesawat. Sialnya, pesawat kita parkirnya rada jauh dari gedung.
Alhasil, setelah delay dan jalan kaki naik ke pesawat, sekitar 40 menit kemudian pesawat kita berangkat.
Yes, kita sampe di Lombok. Perjalanannya lebih kurang satu setengah jam. Bandaranya, walau katanya bandara internasional, kecil. Mungkin cuma sedikit lebih gede dari Bandung punya. Tapi mending lah, mereka punya dua garbarata. Dan lahan untuk perluasan bandara masih amat sangat luas. Soalnya, bandara internasional baru yang menggantikan bandara Selaparang di kota Mataram ini terletak rada-rada out of nowhere. Sekitaran bandara ini relatif masih hutan, ladang, dan padang rumput. Letaknya di Kabupaten Lombok Tengah, selatan kota Praya, makanya di kode bandara disebut Bandara Lombok Praya dengan kode LOP. Tapi masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan BIL atau Bandara Internasional Lombok. Bahkan penunjuk jalan pun merujuk dengan menggunakan nama ini.
Keluar bandara, AC mulai menghilang dan mulai kerasa lah panas menyengatnya Lombok. Saya langsung inget panasnya Batam. Keluar pintu gedung bandara, kita udah "disambut" oleh banyak warga-warga sekitar yang berdiri di sana cuma buat nontonoin penumpang pesawat yang keluar. Apa menariknya coba? Ngeliatin bule-bule yang dateng gitu udah membuat mereka cukup terhibur? Saya jadi iri sama bentuk hiburan warga di sini yang begitu sederhana.
TIPS 2 : Pakailah pakaian yang aneh dan menarik untuk menghibur warga setempat. Ingat, membuat orang tersenyum ada pahalanya!
Karena perut udah laper, kita langsung aja ciao ke kota Mataram buat makan Taliwang, diantar oleh Mas Aries yang akan menjadi pengemudi mobil kami selama 6 hari ke depan. Perjalanan menuju kota Mataram yang jauhnya 35 km melalui jalan by-pass dan menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Jalanannya lancar, ga pake macet-macetan.
Yak, kita sampai di Rumah Makan Taliwang Irama, yang terletak di Jalan Ade Irma Suryani. Karena kita datengnya udah jam 3, rumah makan baru aja sepi dari pengunjung-pengunjung yang dateng buat makan siang. Enak deh. Jadi rada private. Kita udah excited banget buat makan ayam taliwang langsung di daerah asalnya, Lombok. Jadi kita semua mesen ayam taliwang. Dan ga lupa, lalapan khas Lombok, si pelecing kangkung.
Baca selengkapnya di "Makan Ayam Taliwang di Taliwang Irama (Mataram)"
Beres makan sekitar jam 4. Kita masih punya waktu buat langsung berkunjung ke beberapa tempat wisata di kota Mataram. Objek wisata pertama yang kita datengin yaitu Taman Mayura yang berada di tengah kota Mataram. Tiket masuknya udah resmi, yaitu 10 ribu rupiah. Setelah bayar, kita akan diberikan ikat pinggang kain berwarna kuning yang mesti digunakan selama berada di area wisata dan terutama pura. Jadi, di area Taman Mayura ini ada sebuah kolam luas yang tentu tidak mungkin terlewatkan oleh kita. Sementara di sebelah timur ada sebuah pura yang bernama Pura Jagatnatha.
Baca selengkapnya di "Mengunjungi Taman Mayura dan Pura Jagatnatha (Mataram)"
Karena ga banyak hal yang dapat diliat atau dilakukan di sini, kunjungan kita singkat aja. Abis ini, kita masih ada waktu satu jam lebih buat menikmati sunset di Pantai Senggigi. Dalam perjalanan ini, kita sempet melewati bandara Selaparang yang sekarang udah ga dipake lagi. Entahlah nantinya akan digunakan jadi apa. Walau jaraknya cuma 18 km, perjalanan ke Senggigi membutuhkan waktu hampir satu jam. Selain karena Mas Aries bawa mobilnya rada pelan, jaraknya juga ternyata lumayan jauh. Dan yang paling bikin shock, ternyata Pantai Senggigi ga sespesial yang saya bayangkan! Mungkin karena ga pake telor...
Baca selengkapnya di "Sunset di Pantai Senggigi (Lombok)"
Pulang dari Pantai Senggigi, kita mampir di toko yang menjual kaos khas Lombok. Lokasinya masih di sekitar Pantai Senggigi. Namanya Lombok Exotic. Bangunan tokonya gede dan dua lantai. Lantai bawah menjual souvenir, sandal, dan kaos-kaos khusus laki-laki, sementara lantai atasnya menjual pakaian untuk perempuan. Desainnya menurut saya lumayan. Ga terlalu norak. Bahan kainnya juga keliatannya nyaman buat dipake. Oke lah buat oleh-oleh. Tapi, saya ga beli juga sih =P
Sebelum ke hotel, kita nyempetin mampir ke RM Rinjani yang menjual nasi balap puyung khas Lombok. RM Rinjani ini sebenernya udah kita lewatin pas mau ke Senggigi, letaknya di deket bandara Selaparang. Karena saya pengen moto nasi balap puyung di atas piring, akhirnya saya pesen satu buat makan di tempat. Sementara yang lain pesen dibungkus buat dimakan di hotel.
Baca selengkapnya di "Nyobain Nasi Balap Puyung Khas Lombok di RM Rinjani (Mataram)"
Hotel kita berada di daerah yang disebut Cakranegara. Kata Mas Aries, rumahnya ternyata berada di deket hotel juga. Walaupun mayoritas warga Lombok adalah muslim, daerah Cakranegara ini didiami oleh penduduk yang rata-rata beragama Hindu. Bahkan pemilik Hotel Viktor 3 yang kami tempati ini pun beragama Hindu. Hotelnya jadi keren, pintu masuknya berupa gerbang batu dengan hias ukiran khas Bali. Bahkan ornamen-ornamen eksterior di luar kamar pun khas Bali.
Kamar hotel yang kita tempati cukup luas. Fasilitas kamar meliputi TV kabel Indovision (yang pada hari keempat tagihannya belum dibayar sehingga kami jadi cuma bisa nonton TVRI), double size bed dengan bed cover sekaligus selimut, AC, dua meja kecil, kamar mandi dalam dengan shower, wastafel, dan WC duduk. Pada pagi hari, kita pun mendapatkan sarapan dua tangkup roti bakar isi selai nanas yang dipotong segitiga, telur rebus, dan minuman berupa teh manis atau susu. Oh lupa, hotel ini pun bahkan dilengkapi dengan wifi. Lumayan, hemat pulsa.
Baca selengkapnya di "Review Hotel Viktor 3 (Mataram)"
Next, "Holiday is Lombok! (Hari Kedua)" yang akan meliput perjalanan hari kedua keluarga saya di Lombok!
No comments:
Post a Comment