SEKILAS INFO : Kunjungi blog saya yang baru di myeatandtravelstory.wordpress.com yaaa. Di sana, kulinernya diupdate terus...
Taman Mayura ini sebenernya merupakan komplek pura, namun karena tempatnya yang luas dan asri, bahkan memiliki kolam yang di tengahnya berdiri sebuah bangunan yang sering dipakai untuk tempat berkumpul, pertemuan, dan menerima tamu kerajaan, ga heran kalo disebut taman. Tarif masuknya 10 ribu rupiah dan merupakan tarif resmi dan bukan bikin-bikinan si penjaga taman, soalnya tarif ini terpampang pada tiket yang ada. Setelah membayar tiket masuk, kita akan diberi sabuk kain kuning yang mesti dipakai selama di area taman. Jangan lupa, walaupun taman, area ini dianggap religius oleh umat beragama Hindu karena terdapat sebuah pura di ujung timur taman. Namun demikian, siapapun boleh berkunjung ke sini apapun agamanya.
Taman Mayura ini sebenernya merupakan komplek pura, namun karena tempatnya yang luas dan asri, bahkan memiliki kolam yang di tengahnya berdiri sebuah bangunan yang sering dipakai untuk tempat berkumpul, pertemuan, dan menerima tamu kerajaan, ga heran kalo disebut taman. Tarif masuknya 10 ribu rupiah dan merupakan tarif resmi dan bukan bikin-bikinan si penjaga taman, soalnya tarif ini terpampang pada tiket yang ada. Setelah membayar tiket masuk, kita akan diberi sabuk kain kuning yang mesti dipakai selama di area taman. Jangan lupa, walaupun taman, area ini dianggap religius oleh umat beragama Hindu karena terdapat sebuah pura di ujung timur taman. Namun demikian, siapapun boleh berkunjung ke sini apapun agamanya.
Jadi ceritanya, Taman Mayura ini dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem sekitar tahun 1744, ketika kerajaan Bali masih berkuasa di Pulau Lombok. Awalnya taman ini bernama Taman Kelepug, yang diambil dari suara "klepug, klepug", yaitu suara aliran air dari mata air yang jatuh ke kolam. Mayura sendiri berarti "burung merak". Nama ini mulai tersemat semenjak burung merak diternakkan dan dipelihara di area taman ini. Tujuannya, untuk membantu mengusir ular-ular yang mulai banyak berkeliaran di sekitar taman dan pura, sehingga masyarakat yang datang dapat berdoa dengan tenang.
Di area taman, ga mungkin kamu ga ngeliat sebuah kolam yang sangat luas. Di tengahnya ada sebuah bangunan yang dihubungkan oleh jalan setapak ke pintu gerbang di tepi kolam. Bangunan ini disebut "Rat Kerte" atau karena letaknya yang berada di tengah badan air sering juga disebut "Gili" yang dalam bahasa Sasak berarti pulau. Sayang, sepertinya pengunjung tidak bisa, atau mesti meminta izin terlebih dahulu jika ingin mengunjungi bangunan tersebut karena pintu menuju jalan setapaknya digembok.
Di komplek pura, kita bisa melihat ada empat pura utama, yaitu Pura Gunung Rinjani, Pura Ngelurah, Pura Padmasana, dan Pura Gedong. Secara keseluruhan, komplek pura disebut Pura Jagatnatha Mayura. Di area ini, suasana religius sangat terasa. Terlihat sekelompok warga yang sepertinya tengah mendalami agama Hindu dengan membaca kitab suci mereka. Satu orang yang sepertinya merupakan "ustadznya" mereka tampak sedang membaca kitab dengan suara keras dalam bahasa yang sangat asing dan tidak kami pahami. Mungkin bahasa Sansekerta? Atau bahasa Bali kuno?
Walau siapapun boleh masuk ke area pura untuk melihat-lihat, pada waktu-waktu tertentu area pura akan ditutup untuk umum. Seperti misalnya pada perayaan Galungan, perayaan Kuningan, serta hari raya umat Hindu lainnya. Kalo kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang kompleks pura serta Taman Mayura ini, Anda bisa menanyakannya pada pemangku di Bale Pawedan.
Jalan Mayura, Cakranegara, Mataram
Koordinat GPS : -8.586074,116.132159 (copy ke search bar Google Maps)
Baca juga "Holiday is Lombok! (Hari Pertama)"
Koordinat GPS : -8.586074,116.132159 (copy ke search bar Google Maps)
Baca juga "Holiday is Lombok! (Hari Pertama)"
terimakasih infonya,
ReplyDelete