SEKILAS INFO : Kunjungi blog saya yang baru di myeatandtravelstory.wordpress.com yaaa. Di sana, kulinernya diupdate terus...
Yap, bebek yang udah lama melintang di Jakarta ini akhirnya buka cabang juga di Bandung. Pengusaha bebek asal Bandung kedapatan saingan baru. Bebek Kaleyo udah punya nama banget di Jakarta. Semua cabangnya di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, ramai pengunjung. Dan, saya yang sebenernya udah sering ke Bebek Kaleyo di Jakarta, mengakui bahwa rasanya emang enak.
Bebek Kaleyo di Bandung menempati lokasi yang tadinya tempat kuliner juga, Bali Heaven. Ga tau juga ya, kayaknya Bali Heaven ini bangkrut atau gimana. Yang pasti, lokasi yang cukup besar ini sekarang jadi base Bebek Kaleyo yang pertama di Bandung. Parkirnya luas lho padahal, tapi pas saya dateng ke sini, saya ga kebagian parkir. Saya jadi parkir di luar, di depan halte angkot yang ada di samping pintu masuk parkir.
Area Bebek Kaleyo sangat luas lho. Saya kira tempat ini bisa menampung hingga setidaknya 150 orang. Ruangannya sangat terbuka, ala pendopo. Dan kalo kamu ga tahan hawa Bandung yang dingin, siap-siap aja pake jaket. Di malam yang dingin dengan banyak angin kondisinya kayaknya bakal lebih parah.
Berbeda dengan Bebek Kaleyo di Jakarta, atau setidaknya di beberapa cabangnya yang pernah saya datangi, Bebek Kaleyo di Bandung ini sistemnya berbeda, kita mesti ngantri untuk memesan apa yang kita mau makan dan minum. Kayak prasmanan, tapi ngga sama juga. Soalnya kita tetep aja ga ngambil makanannya sendiri. Kita bawa nampan, kayak di kantin, bilang apa yang kita mau ke pramusajinya, nanti mereka yang ngambilin buat kita. Terus kita tinggal taro makanannya di nampan kita. Nanti di akhir kita akan menghadapi penjaga kasir yang akan menghitung semua pesanan kita. Bayar deh!
Sistem kayak gini menguntungkan sih buat mereka. Mereka bisa menekan jumlah pelayan yang mesti mondar-mandir membawa makanan di area yang sangat luas. Bayangin sendiri mesti ada berapa belas atau puluh pramusaji yang dibutuhin buat melayani 150 orang. Terus, jumlah buku menu yang mereka punya ga perlu banyak-banyak, cukup buat yang dibaca oleh para pengunjung yang mengantri. Kekurangannya yang cukup kentara ada di sisi pengunjung, pengunjung mesti mengantre cukup lama untuk bisa mulai memesan. Saya kayaknya ngantri sampe 20 menit lebih. Ini kan sama aja kayak nungguin pesanan di meja.
Hal lain yang berbeda adalah harga bebeknya ga dua harga kayak di Jakarta. Di Jakarta, harga bebeknya akan berubah-ubah tergantung musim. Di saat musim populasi bebek cukup banyak, harganya akan lebih murah daripada di musim saat populasi bebek lebih sedikit. Sementara di sini, bebeknya tampaknya satu harga. Atau mungkin bisa jadi saat harga bebek berubah, mereka tinggal ganti buku menunya. Inget kan, buku menu mereka ga banyak, jadinya ga sulit buat berganti buku menu.
Seperti biasa, saya beli bebek muda. Soalnya dagingnya relatif lebih lembut daripada bebek yang biasa. Lalu, porsinya juga sedikit lebih banyak karena kita dapet setengah ekor bebek. Tapi jangan khawatir, karena bebek muda ukurannya ga gede, setengah ekor ini ukurannya ga gede-gede amat. Malah yang saya kebetulan dapet cenderung kecil. Rasanya gimana? Enak, ga ada bedanya dengan yang saya beli di Jakarta. Selain itu saya juga beli tumis daun pepaya (ga ada fotonya) dan tumis jamur. Tumis jamurnya enak, asin, gurih. Tumis daun pepayanya juga enak, ga pahit, gurih asin.
Bebek Kaleyo (Cabang Pasteur, Bandung)
Jalan Pasir Kaliki No. 185-189 (Perempatan Paskal - Pasteur), Bandung
No comments:
Post a Comment