Monday, March 9, 2015

Nyeteak di Suis Butcher (Bandung)

SEKILAS INFO : Kunjungi blog saya yang baru di myeatandtravelstory.wordpress.com yaaa. Di sana, kulinernya diupdate terus...


Kali ini saya ke sini karena kata Mbak Andi, temen di kantor, makanannya oke. Hmmm, saya yang udah lamaaaa banget ga ke Suis Butcher (terakhir mungkin pas kuliah?) memutuskan untuk memasukkan Suis ke dalam list kuliner weekend kemaren.

Sebenernya ada beberapa cabang Suis Butcher, di Setiabudi, di Riau, di Trans Studio Mall, dan di Festival Citylink. Saya memutuskan untuk mampir di cabang yang paling terjangkau dan berada di tengah Bandung, cabang Riau. Restoran masih lengang, padahal sudah lewat jam 12 siang. Bangunannya menggunakan rumah jadul. Sesuai dengan usia Suis Butcher sendiri yang pada tahun 2014 kemaren merayakan ulang tahunnya yang ke-30 tahun. Yap, Suis Butcher sudah buka sejak tahun 1984. Hal ini menjadikannya salah satu restoran steak tertua di Bandung yang masih eksis hingga kini.

Ada dua area utama yang bisa dipilih sebagai tempat makan, di dalam rumah, atau di luarnya yang berupa ruang terbuka ternaungi atap terpal putih. Saya dan keluarga memilih untuk duduk di tempat ini. Alasan saya, biar berasa kayak di cafe di Paris, merasakan suasana kota. Yap, mumpung udaranya juga ga terlalu panas.




Mamah saya pesen Spaghetti Bolognaise, saya pesen T Bone Steak, Ferdi pesen Sirloin Steak, dan si Nanda pesen Tenderloin Steak. Dan wow, impresif sekali. Ga sampe lima menit, pesenan ibu saya udah dateng dong. Dan dalam jangka waktu lima menit lagi setelahnya, steak kita bertiga dateng semua. Wah, baru kali ini pesen spaghetti ama steak datengnya sebegini cepet. Saya penasaran, apakah sebenernya spageti dan steak ini udah disiapkan setengah mateng?




Spaghettinya si mamah, kalo menurut kata si Ferdi, istilahnya tuh al dente. Kamu ga tau? Saya aja baru denger. Pokoknya, istilah itu menggambarkan tingkat kematangan spaghetti yang passss, ga kematengan, ga juga kurang mateng, kelenturan dan kekenyalannya oke. Selain itu, rasa saus dagingnya cukup kuat Mungkin karena di dalam campuran sausnya terdapat potongan-potongan kecil wortel. Saya pribadi lebih suka jenis yang tanpa wortel yang lebih daging banget, persis kayak spagetinya Pizza Hut.


Steaknya, walaupun kali ini saya ga lupa nyebut tingkat kematangan dagingnya, malahan lupa nyebutin pilihan sausnya. Rupanya secara standar, saus buat T-Bone Steak adalah saus barbeque. Saya kurang saus barbeque yang agak asem, lebih suka saus mushroom yang lebih "kalem". Mashed potatoes, yang menggantikan kentang goreng, diberikan cukup banyak. Yang unik, mashed potatoes-nya disajikan mirip kayak es krim. Ada tiga "scoop" mashed potatoes yang porsinya cukup mengenyangkan.


Steaknya sendiri lembut, mudah dipotong. Tapi, walaupun pesennya medium well, rupanya dagingnya masih "kurang" medium well. Bagian dagingnya banyak yang masih merah-merah. Teruuuss, sayur wortelnya juga kurang mateng.

Komentar saya yang lainnya, walau ga ada hubungannya sama makanan ataupun rasanya, yaitu mengenai peralatan minumnya. Gelas dan pitcher-nya berbahan plastik. Memang dari segi keawetan, mungkin saja lebih awet karena jika terjatuh tidak akan mudah pecah seperti gelas. Namun menurut saya, untuk restoran sekelas Suis Butcher, menggunakan peralatan makan yang tidak terbuat dari kaca rasanya menghilangkan kesan berkelas dan elegan.

T Bone Steak IDR 52.5K
Tenderloin Steak IDR 49.5K
Sirloin Steak IDR 49.5K
Spaghetti Bolognaise IDR 24.5K
Milkshake IDR 18K

belum termasuk PB1 & service charge


Suis Butcher
Jalan Riau No. 201 Bandung

4 comments:

  1. Ah norak. Emg lu kira kalo steak dalemnya warna merah itu ga layak makan? Justru steak yg enak tuh emg kayak gitu, itu namanya mateng perfect. Banyak2in nonton orang luar bikn steak deh biar ga norak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba baca2 lagi mas Rivaldi, atau nonton acara orang luar kalo lagi bikin steak... tapi paham kan bahasa inggrisnya? siapa tau salah tangkep kata Medium Rare dgn Medium Well...

      saya quote dari penulis ya..

      "Steaknya sendiri lembut, mudah dipotong. Tapi, walaupun pesennya medium well, rupanya dagingnya masih "kurang" medium well. Bagian dagingnya banyak yang masih merah-merah."


      oke sekian mas Rivaldi, saya harap penyampaian opini saya tidak sampai menyakiti hari mas Rivaldi.. kalaupun iya, saya mohon maaf sebelumnya ya mas Rivaldi...

      Delete
  2. Ah norak. Emg lu kira kalo steak dalemnya warna merah itu ga layak makan? Justru steak yg enak tuh emg kayak gitu, itu namanya mateng perfect. Banyak2in nonton orang luar bikn steak deh biar ga norak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yg saya tau walau "medium" itu warnanya merah tpi ada perbedaan sedikit warna dan kandungan airnya sama yg belum mateng.

      Delete